Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan
musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung
sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda, Bangkaret,
Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael, Mincid,
Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat jungjung,
Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan Kakapalan.
Sebagai seni Helaran, Sisingaan bergerak terus mengelilingi kampung, desa, atau
jalanan kota. Sampai akhirnya kembali ke tempat semula. Di dalam
perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring ronyok dan juga Tardug.
Penyajian Pertunjukan
Pola penyajian Sisingaan meliputi:
- Tatalu (tetabuhan, arang-arang bubuka) atau keringan
- Kidung atau kembang gadung
- Sajian Ibingan di antaranya solor, gondang, ewang (kangsreng), catrik, kosong-kosong dan lain-lain
- Atraksi atau demo, biasanya disebut atraksi kamonesan dalam pertunjukan Sisingaan yang awalnya terinspirasi oleh atraksi Adem Ayem (genjring akrobat) dan Liong (Barongsay)
- Penutup dengan musik keringan.
Musik pengiring
Musik pengiring Sisingaan pada awalnya cukup sederhana,
antara lain: Kendang Indung (2 buah), Kulanter, Bonang (ketuk), Tarompet,
Goong, Kempul, Kecrek. Karena Helaran, memainkannya sambil berdiri, digotong
dan diikatkan ke tubuh. Dalam perkembangannya sekarang memakai juru kawih
dengan lagu-lagu (baik vokal maupun intrumental), antara lain: Lagu Keringan,
Lagu Kidung, Lagu Titipatipa, Lagu Gondang,Lagu Kasreng, Lagu Selingan (Siyur,
Tepang Sono, Awet rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang
Dombret, Warudoyong dll), Lagu Gurudugan, Lagu Mapay Roko atau Mars-an (sebagai
lagu penutup). Lagu lagu dalam Sisingaan tersebut diambil dari lagu-lagu kesenian
Ketuk Tilu, Doger dan Kliningan.
Pemaknaan
Ada beberapa makna yang terkandung dalam seni pertunjukan
Sisingaan, diantaranya:
Makna sosial, masyarakat Subang percaya bahwa jiwa kesenian
rakyat sangat berperan dalam diri mereka, seperti egalitarian, spontanitas, dan
rasa memiliki dari setiap jenis seni rakyat yang muncul.
Makna teatrikal, dilihat dari penampilannya Sisingaan dewasa
ini tak diragukan lagi sangat teatrikal, apalagi setelah ditmabhakn berbagai
variasi, seperti jajangkungan dan lain-lain.
Makna komersial, karena Sisingaan mampu meningkatkan
kesejahteraan mereka, maka antusiasme munculnya sejumlah puluhan bahkan ratusan
kelompok Sisingaan dari berbagai desa untuk ikut festival, menunjukan peluang
ini, karena si pemenang akan mendapatkan peluang bisnis yang menggiurkan, sama
halnya seperti seni bajidoran.
Makna Spiritual, dipercaya oleh masyarakat lingkungannya
untuk keselamatan/ (salametan) atau syukuran.
0 komentar:
Posting Komentar